Rabu, 14 Desember 2011

Historis Pendidikan Pancasila

Bangsa Indonesia terbentuk melalui suatu proses sejarah yang cukup panjang sejak zaman kerajaan Kutai, Sriwijaya, Majapahit sampai datangnya bangsa lain yang menjajah serta menguasai bangsa Indonesia. Beratus-ratus tahun bangsa Indonesia dalam perjalanan hidupnya berjuang untuk menemukan jati dirinya sebagai suatu bangsa yang merdeka, mandiri serta memiliki suatu  prinsip yang tersimpul dalam  pandangan hidup serta  filsafat hidup bangsa. Setelah melalui suatu proses yang cukup panjang dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia menemukan jati dirinya, yang di dalamnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yang berbeda dengan bangsa lain, oleh para pendiri negara kita dirumuskan dalam suatu rumusan yang sederhana namun mendalam, yang meliputi 5 prinsip (lima sila) yang kemudian diberi nama Pancasila.
 
Dalam hidup berbangsa dan bernegara dewasa ini terutama dalam masa reformasi, bangsa Indonesia sebagai bangsa harus memiliki visi serta pandangan hidup yang kuat agar tidak terombang-ambing di tengah-tengah masyarakat internasional. Dengan kata lain perkataan bangsa Indonesia harus memiliki nasionalisme serta rasa kebangsaan yang kuat. Hal ini dapat terlaksana bukan melalui kekuasaan atau hegemoni ideologi melainkan suatu kesadaran berbangsa dan bernegara yang berakar pada sejarah bangsa.

Jadi secara historis bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila pancasila sebelum dirumuskan dan disahkan menjadi dasar negara Indonesia secara objektif historis telah dimiliki oleh bangsa Indonesia sendiri. Sehingga asal nilai-nilai Pancasila tersebut tidak lain adalah dari bangsa Indonesia sendiri, atau dengan kata lain bangsa Indonesia sebagai kausa materialis Pancasila. Oleh karena itu berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan nilai-nilai Pancasila. Atas dasar pengertian dan alas an historis inilah maka sangat penting bagi p980ara generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus untuk mengkaji, memahami dan mengembangkan berdasarkan pengembangan ilmiah, yang pada gilirannya akan memiliki suatu kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-nilai yang dimilikinya sendiri. Konsekuensinya secara historis Pancasila dalam kedudukannya sebagai dasar filsafat negara serta ideology bangsa dan negara bukannya suatu ideology yang menguasai bangsa, namun justru nilai-nilai dari sila-sila Pancasila itu melekat dan berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri.

Minggu, 02 Oktober 2011

cooperative learning

Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)
Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar selama
proses pembelajaran. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki siswa
ditentukan oleh kerelevansian dalam penggunaan suatu model
pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Sehingga tujuan pembelajaran
akan dicapai dengan penggunaan model yang tepat, sesuai dengan standar
keberhasilan dalam tujuan pembelajaran. (Syaiful Bahri Djamarah, 2002).
Dalam proses pembelajaran, siswa mempunyai latar belakang yang
berbeda-beda diantaranya: lingkungan sosial, lingkungan budaya, gaya
belajar, keadaan ekonomi, dan tingkat kecerdasan. Fakta tersebut menjadi
bahan pertimbangan dalam menyusun suatu strategi pembelajaran yang
tepat (W. Gulo, 2005).
Anita Lie (2008), menyatakan bahwa ada tiga pilihan model
pembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning. Model
pembelajaran cooperative learning merupakan sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam tugas-tugas yang terstuktur disebut sebagai sistem
“pembelajaran gotong royong”. Dalam sistem ini, guru bertindak sebagai
fasilitator. Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan
sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran
cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok
yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative
learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas
dengan lebih efektif.
Sementara Etin Solihatin & Raharjo (2007) mengartikan
cooperative sebagai bentuk kerja sama dalam mencapai tujuan bersama.
Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang
membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai
dengan kehidupan nyata sehingga dalam bekerja secara bersama-sama di
antara sesama anggota kelompok dapat meningkatkan motivasi,
produktivitas, dan hasil belajar. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara
individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota
kelompoknya. Sehingga belajar kooperatif merupakan pemanfaatan
kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja
sama untuk mengoptimalkan proses belajarnya.
Menurut Robert E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas
dijadikan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang
dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah
siswa bekerja sama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial
dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada siswa untuk
mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia
menjadi nara sumber bagi teman yang lain untuk memahami konsep yang
difasilitasi oleh guru. Sehingga model pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerja sama di antara siswa untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: 1) untuk
menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara
kooperatif; 2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang dan rendah; 3) jika dalam kelas terdapat siswasiswa
yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya jenis kelamin yang
berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompok terdiri dari ras, suku,
budaya, jenis kelamin yang berbeda pula; 4) penghargaan lebih diutamakan
pada kerja kelompok dari pada perorangan. Anita Lie (2008), menyatakan
bahwa ada tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan
kelas model cooperative learning, yaitu pengelompokan, semangat gotong
royong, dan penataan ruang kelas.
Muslimin Ibrahim, dkk (2000), menyatakan bahwa prinsip-prinsip
dasar pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) siswa dalam
kelompok harus beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan
bersama; 2) siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya; 3) siswa harus melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama; 4) siswa harus membagi tugas
dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya; 5) siswa
akan dikenakan evaluasi atau diberikan penghargaan yang juga akan
dikenakan untuk semua anggota kelompok; 6) siswa berbagi
kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar
bersama selama proses pembelajaran; 7) siswa akan diminta
mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam
kelompok kooperatif.
Menurut Johnson & Johnson (1989) dalam Anita Lie (2008),
suasana belajar cooperative learning menghasilkan prestasi yang lebih
tinggi, hubungan yang lebih positif, dan penyesuaian psikologis yang
lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan
memisah-misahkan siswa. Sementara Richard I. Arends (2008),
menyatakan struktur tujuan kooperatif terjadi apabila siswa dapat mencapai
tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok belajarnya. Maka dari itu setiap
anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.
Siswa dalam situasi cooperative learning dituntut untuk mengerjakan tugas
yang sama secara bersama-sama, dan mereka harus mengoordinasikan
usahanya untuk menyelesaikan tugas tersebut. Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting yaitu: 1) meningkatkan hasil akademik; 2) toleransi
dan penerimaan terhadap keanekaragaman; 3) untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa.
Nurhadi (2004), menyebutkan adanya beberapa keuntungan metode
pembelajaran kooperatif, antara lain: 1) meningkatkan kepekaan dan
kesetiakawanan sosial; 2) memungkinkan para siswa saling belajar
mengenai sikap, keterampilan, informasi, dan perilaku sosial;
3) menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois; 4)
membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa; 5)
meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia; 6)
meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai
perspektif; 7) meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasakan lebih baik; 8) meningkatkan kegemaran berteman tanpa
memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat,
etnik, kelas sosial, dan agama.
Menurut Robert E. Slavin (2008), model pembelajaran kooperatif
juga mempunyai kelemahan, model pembelajaran kooperatif
juga mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah
·       Dapat mengembangkan prestasi siswa, baik hasil tes yang dibuat guru maupun tes buku 
·       Rasa percaya diri siswa meningkat, siswa meras lebih terkontrol untuk keberhasilan akademisnya. 
·        Strategi kooperatif memberikan perkembangan yang berkesan pada hubungan interpersonal diantara anggota kelompok yang berbeda etnis.
Dan kelemahannya adalah 
·       Apabila guru terlena tidak mengingatkan siswa agar selalu menggunakan keterampilan – keterampilan kooperatif dalam kelompok, maka dinamika kelompok akan tampak macet. 
·        Apabila jumlah kelompok tidak diperhatikan, yaitu kurang dari empat, misalnya tiga, maka seorang anggota akan cenderung menarik diri dan kurang aktif saat berdiskusi dan apabila kelompok lebih dari lima, maka memungkinkan ada yang tidak mendapatkan tugas sehingga hanya membonceng dalam penyelesaian tugas. 
·        Apabila ketua kelompok tidak dapat mengatasi konflik – konflik yang timbul secara kontruktif, maka kerja kelompok akan kurang efektif

Sementara itu, Richard I. Arends (2008), menyatakan bahwa model
cooperative learning bisa sangat sulit bagi seorang guru pemula karena
model itu menuntut koordinasi simultan dari berbagai macam kegiatan. Di
lain pihak, model ini dapat mencapai beberapa tujuan pendidikan penting
yang tidak dapat dicapai oleh model-model lain, dan reward tipe
pengajaran ini bisa luar biasa besar bagi guru yang merencanakan dengan
cermat.
Menurut Robert E. Slavin (2008), metode Student Team Learning
adalah teknik pembelajaran kooperatif. Dalam metode Student Team
Learning, tugas-tugas yang diberikan pada siswa bukan melakukan sesuatu
sebagai sebuah tim, tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim. Tiga konsep
penting dalam metode Student Team Learning adalah penghargaan bagi
tim, tanggung jawab individu, dan kesempatan sukses yang sama. Metode
tersebut dikembangkan menjadi beberapa variasi, antara lain:
1. Student Team-Achievement Division (STAD),
2. Teams-Games-Tournament (TGT),
3. Jigsaw II,
4. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), dan
5. Team Accelerated Instruction (TAI).
C. TGT (Teams-Games-Tournament)
Teams-Games-Tournament (TGT), pada mulanya dikembangkan
oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode
pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. Dalam metode ini, para siswa
dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat sampai lima orang yang
berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang
etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai
pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa memainkan game
akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor
timnya. TGT menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari
penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam
mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan
dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, memastikan telah terjadi
tanggung jawab individual (Robert E. Slavin, 2008).
Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu metode
pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas
seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa
sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcement.
Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran
kooperatif tipe TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks
disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat
dan keterlibatan belajar (Kiranawati, 2007).
Menurut Robert E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif tipe
TGT terdiri dari 5 komponen utama, yaitu : presentasi di kelas, tim
(kelompok), game (permainan), turnamen (pertandingan), dan rekognisi
tim (perhargaan kelompok). Prosedur pelaksanaan TGT dimulai dari
aktivitas guru dalam menyampaikan pelajaran, kemudian siswa bekerja
dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah
menguasai pelajaran. Selanjutnya diadakan turnamen, di mana siswa
memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk
menyumbangkan poin bagi skor timnya.
Lebih lanjut, dijelaskan mengenai langkah-langkah pembelajaran
TGT modifikasi dari Robert E. Slavin bahwa TGT terdiri dari siklus
reguler dari aktivitas pengajaran, sebagai berikut:
1. Presentasi Kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan
ceramah, dan diskusi yang dipimpin guru. Disamping itu, guru juga
menyampaikan tujuan, tugas, atau kegiatan yang harus dilakukan siswa,
dan memberikan motivasi. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan
guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
kelompok dan pada saat game/turnamen karena skor game/turnamen
akan menentukan skor kelompok.
2. Belajar Kelompok (Tim)
Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Siswa bekerja
dalam kelompok yang terdiri atas 5 orang yang anggotanya heterogen
dilihat dari kemampuan akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik
yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok,
diharapkan dapat memotivasi siswa untuk saling membantu antar siswa
yang berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang
dalam menguasai materi pelajaran. Hal ini akan menyebabkan
tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa bahwa belajar secara
kooperatif sangat menyenangkan. Pada saat pembelajaran, fungsi
kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota
kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat
game/turnamen. Setelah guru menginformasikan materi dan tujuan
pembelajaran, kelompok berdiskusi dengan menggunakan modul.
Dalam kelompok terjadi diskusi untuk memecahkan masalah bersama,
saling memberikan jawaban dan mengoreksi jika ada anggota kelompok
yang salah dalam menjawab. Penataan ruang kelas diatur sedemikian
rupa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
3. Persiapan Permainan/Pertandingan
Guru mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
materi, bernomor 1 sampai 30. Kemudian guru mempersiapkan alat-alat
untuk permainan, yaitu: kartu permainan yang dilengkapi nomor, skor,
pertanyaan, dan jawaban mengenai materi.
4. Permainan/Pertandingan (Game/Turnamen)
Game/Turnamen terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang diperoleh siswa dari penyajian kelas
dan belajar kelompok. Tiap kelompok (tim) mendapat kesempatan untuk
memilih kartu bernomor yang tersedia pada meja turnamen dan
mencoba menjawab pertanyaan yang muncul. Apabila tiap anggota
dalam suatu tim tidak bisa menjawab pertanyaannya, maka pertanyaan
tersebut dilempar kepada kelompok lain, searah jarum jam. Tim yang
bisa menjawab dengan benar pertanyaan itu akan mendapat skor yang
telah tertera dibalik kartu tersebut. Skor ini yang nantinya dikumpulkan
tim untuk menentukan skor akhir tim. Pemilihan kartu bernomor akan
digilir pada tiap-tiap tim secara bergantian searah jarum jam, sampai
habis jatah nomornya.
5. Rekognisi Tim (Penghargaan Tim)
Penghargaan diberikan kepada tim yang menang atau mendapat skor
tertinggi, skor tersebut pada akhirnya akan dijadikan sebagai tambahan
nilai tugas siswa. Selain itu diberikan pula hadiah (reward) sebagai
motivasi belajar.
Adanya dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan
permainan dalam model pembelajaran kooperatif tipe TGT, diharapkan
siswa dapat menikmati proses pembelajaran dengan situasi yang
menyenangkan dan termotivasi untuk belajar dengan giat yang pada
akhirnya akan mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap
materi pelajaran, dan kematangan pemahaman terhadap sejumlah materi
pelajaran sehingga hasil belajar mencapai optimal.
Muflihah (2004), dalam penelitiannya yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa metode TGT dapat meningkatkan hasil belajar dengan
baik. Penerapan pembelajaran TGT dapat dijadikan alternatif bagi guru
dalam menyampaikan materi pelajaran, membantu mengaktifkan
kemampuan siswa untuk bersosialisasi dengan siswa lain. Siswa terbiasa
bekerja sama dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk belajar,
sehingga hal ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. TGT merupakan
salah satu metode pembelajaran kooperatif yang sangat bermanfaat bagi
siswa. Adanya permainan dalam bentuk turnamen akademik yang
dilaksanakan pada akhir pokok bahasan, memberikan peluang bagi setiap
siswa untuk melakukan yang terbaik bagi kelompoknya, hal ini juga
menuntut keaktifan dan partisipasi siswa pada proses pembelajaran.
Dengan demikian akan terjadi suatu kompetisi atau pertarungan dalam hal
akademik, setiap siswa berlomba-lomba untuk memperoleh hasil belajar
yang optimal.

Rabu, 28 September 2011

jenis kepribadian

jenis kepribadian

Dalam ilmu psikologi, dikenal teori 4 tipe kepribadian. Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Galen, seorang ahli fisiologi yang hidup pada abad ke-2 Masehi. Walaupun tipe ini dianggap kuno, tetapi masih digunakan oleh psikolog-psikolog di jaman modern ini. Tipe-tipe tersebut adalah Kholeris, Sanguinis, Melankolis dan Plegmatis.

Dari 4 tipe kepribadin ini, tiap orang mempunyai kombinasi dari dua kepribadian. Umumnya salah satunya lebih dominan, kadang juga keduanya seimbang. Bila hanya 1 dari tipe kepribadian, maka dapat dikatakan tipe kepribadian sejati. Misalnya Sanguinis sejati. Sanguin dan koleris bisa berkombinasi secara alami karena keduanya ekstrovert, optimis dan terus terang. Kombinasi ini menghasilkan individu yang sangat energik. Phlegmatis dan melankolis bisa berkombinasi karena keduanya introvert, pesimis dan lembut.

Kholeris
Kekuatan
Tipe ini berbakat menjadi pemimpin. Suka berprestasi dan mengorganisasikan. Hidupnya berorientasi pada tujuan, aktif dan dinamis.. Berkemauan keras dan tidak mudah putus asa. Tidak menyukai air mata dan emosi. Bebas dan mandiri. Dalam bekerja, suka yang serba teratur dan mencari pemecahan praktis. Mau melakukan tugas yang sulit dan suka ditantang. Bisa mendelagasikan pekerjaan dan mau bekerja untuk kegiatan kelompok . Bergerak cepat untuk bertindak sehingga unggul dalam keadaan darurat.

Kelemahan
Orang bertipe koleris terlalu bersemangat, suka memerintah dan tidak sabaran, keras kepala dan kaku. Menyukai kontroversi dan pertengkaran, tidak mau menyerah kalau kalah. Tidak simpatik/kurang peka terhadap perasaan orang lain. Suka merasa benar sendiri. Mendominasi orang lain Dalam bekerja, termasuk pecandu kerja, menuntut loyalitas dan penghargaan bawahan. Bisa kasar atau taktis. Mngharapkan pengakuan atas prestasinya.

Sanguinis
Kekuatan
Kepribadian yang menyenangkan, ceria, supel, suka bicara dan bercerita. Punya selera humor yang baik. Emosional dan demonstratif. Antusias dan ekspresif. Optimis, Penuh rasa ingin tahu. Berhati tulus, tidak menyimpan dendam dan cepat meminta maaf. Menyukai kegiatan spontan. Dalam bekerja, mengajukan diri secara sukarela untuk bekerja, mengilhami orang lain untuk bergabung dan dapat mempesona orang lain untuk bekerja.

Kelemahan
Mendominasi percakapan dan suka membesar-besarkan, egoistis, suka mengeluh, kekanak-kanakan, tidak pernah dewasa. Mudah marah/emosional. Sensitif terhadap yang dikatakan orang tentang dirinya. Melupakan kewajiban. Keyakinan cepat luntur, tidak disiplin, mudah teralihkan perhatiannya. Benci sendirian. Tidak tetap/mudah berubah dan pelupa. Pandai berdalih. Suka mencari perhatian, sorotan dan kasih sayang, dukungan dan penerimaan orang di sekelilingnya. Memutuskan dengan perasaan.

Melankolis (Perfeksionis)
Kekuatan
Perfeksionis, standar tinggi. Cenderung diam dan pemikir sehingga membutuhkan ruang dan ketenangan supaya bisa berpikir dan melakukan sesuatu. Serius dan bertujuan. Analitis. Berbakat dan kreatif. Berfilsafat dan puitis. Bijaksana, Idealis. Menghargai keindahan. Sensitif kepada orang lain. Berteman dengan hati-hati. Puas ada di belakang layar. Menghindari perhatian. Setia dan mengabdi. Mau mendengarkan keluhan dan mudah terharu. Dalam bekerja: suka keteraturan. Serba tertib dan hati-hati. Rapi dalam perencanaan, hemat.

Kelemahan
Mengingat yang negatif dan menikmati sakit hati. Citra diri rendah dan merendahkan diri sendiri. Standar suka terlalu tinggi. Sangat memerlukan persetujuan. Mementingkan diri sendiri. Terlalu instropektif. Tertekan karena ketidaksempurnaan. Tidak aman secara sosial. Menarik diri dan menjauh. Suka mengkritik orang lain. Tidak menyukai yang menentang. Mencurigai orang lain, pendendam. Tidak mudah memaafkan dan penuh kontradiksi. Dalam kerjaan : suka memilih pekerjaan sulit. suka ragu-ragu dan melewatkan banyak waktu.

Phlegmatis
Kekuatan
Kadang tipe ini dipandang sebagai orang yang lamban. Sebenarnya bukan karena ia kurang cerdas, tapi justru karena ia lebih cerdas dari yang lain. Mudah bergaul dan santai. Mudah diajak rukun dan menyenangkan. Tenang, teguh, sabar dan seimbang. Hidup konsisten. Tidak banyak cakap tetapi bijaksana. Simpatik dan baik hati. Menyembunyikan emosi. Hidupnya penuh tujuan. Tidak suka mempersoalkan hal sepele. Punya banyak akal dan bisa mengucapkan kata-kata yang tepat di saat yang tepat. Pendengar yang baik, memiliki rasa humor yang tajam. Suka mengawasi orang lain. Berbelas kasihan dan peduli. Dalam bekerja: cakap dan mantap, dapat menengahi masalah. Menghindari pertikaian. Menemukan cara yang mudah. Baik dibawah tekanan.

Kelemahan
Terlalu pemalu dan tidak banyak bicara. Tidak suka keramaian. Suka takut dan kawatir. Mementingkan diri sendiri dan suka merasa benar sendiri. Tidak antusias. Suka menilai orang lain. Suka menunda-nunda sesuatu. Kurang disiplin dan motivasi diri. Malas dan tidak peduli. Membuat orang lain merosot semangatnya. Lebih suka menonton. Tidak suka tantangan/resiko. Terlalu suka kompromi. Perlu waktu untuk menerima perubahan. Tidak suka didesak-desak.

Kira-kira anda termasuk tipe yang mana?
Yah… apapun hasil pengamatan ini, yang terpenting dengan mengetahui tipe kepribadian ini, kita dapat lebih mengembangkan kekuatan pribadi kita dan berusaha mengurangi kelemahannya , sekalian intropeksi juga

Menurut beberapa hasil pengamatan, golongan darah berkaitan erat dengan karakter atau kepribadian seseorang. Fakta membuktikan bahwa golongan darah seorang anak tidak mungkin berbeda dengan golongan darah orang tuanya, yang akan mewariskan kepribadian atau sifat dominan mereka kepada keturunannya…


Kepribadian golongan darah A
>> tipe orang bergolongan darah A memiliki kepribadian sebagai berikut : keras kepala, perfeksionis, serius dalam menghadapi segala hal, penyabar dan sangat konsisten dengan apa yang telah dimulai atau sedang di kerjakannya, berkepala dingin, jarang bertindak tanpa perencanaan terlebih dahulu, mudah gugup.. hanya saja pandai sekali menyimpannya dari orang lain, ucapan serta tindakannya tegas dan dapat dipercaya…


Kepribadian golongan darah B>> tipe orang yang bergolongan darah B cenderung memiliki kepribadian yang bersebrangan dengan orang yang bergolongan darah A, antara lain : suka kebebasan dan memiliki gaya hidup yang santai, mudah penasaran dan memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki hobi yang banyak, memiliki daya konsentrasi yang kurang sehingga walaupun hobinya banyak, pada akhirnya dia harus memutuskan salah satu yang paling baik untuknya. dari luar tampaknya selalu riang dan bersemangat tapi kadang yang sedang terjadi justru sebaliknya, tidak mau diremehkan dan selalu berusaha menunjukkan yang terbaik dari dirinya dan cenderung hanya bergaul dengan orang yang dapat membangkitkan rsa ingin tahu atau rasa penasarannya..


Kepribadian golongan darah AB
>> orang dengan tipe golongan darah AB merupakan kombinasi dari kepribadian yang dipengaruhi golongan darah A dan B. kepribadiannya adalah sebagai berikut : unik dalam hal kepribadian, memiliki banyak akal, perasaannya sangat sensitif, memiliki teman yang banyak karena sifat peduli dan lembutnya, tapi jangan pernah menyakiti perasaannya karena dia juga sangat sensitif, dalam hal aturan.. dia cenderung tegas tanpa bisa ditawar-tawar.. hal ini tidak hanya terhadap diri sendiri tapi juga terhadap orang lain…


Kepribadian golongan darah O
>> orang yang bertipe golongan darah O memiliki kepribadian sebagai berikut : sangat murah hati dan mudah sekali bergaul, berjiwa besar karena jika dia salah tidak akan segan mengakuinya, lebih suka mengerjakan hal-hal besar dibandingkan yang butuh perhatian dan mendetail, pintar dalam memberi nasihat yang membangkitkan semangat untuk orang lain sekaligus menjadi penengah yang baik jika terjadi masalah, pandangannya atas segala sesuatu sangat fleksibel, karenanya dia akan terlihat sangat mudah untuk dipengaruhi. padahal sebenarnya dia selelu memiliki pandangan dan pendapat sendiri, tetapi pendapatnya itu seringkali tidak diperlihatkan terang-terangan, sehingga dia jarang sekali bertentangan pendapat dengan orang lain.